Palm Pre, ponsel pintar anyar besutan Palm (gizmodo.com)
Jon Rubinstein, Chief Executive Officer Palm yang sempat menjabat kepala unit iPod di Apple sering menyatakan, Palm tidak perlu menjadi sebesar kompetitornya untuk dapat bersaing.
Saat ini palm menjadi seperti tikus di ruangan yang disesaki oleh pemain besar seperti Apple, Research in Motion, Samsung, Nokia, Google, dan Microsoft yang sedang berusaha memegang kontrol seperti apa smartphone masa depan.
Seperti VIVAnews siarkan sebelumnya, HTC sedang mempertimbangkan untuk membeli Palm. Kabar itu sontak membuat saham Palm di NASDAQ naik 32 persen. Padahal, tahun ini saham produsen tersebut telah anjlok sebesar 60 persen, gara-gara Pre dan Pixi tidak laku.
Sebenarnya, Palm punya aset yang bernilai. Dana cadangan sebesar 539 dolar AS, sejumlah hak paten mulai dari hardware, software, serta teknologi penghemat energi, sampai ke webOS, sistem operasi mobile mereka.
Dengan aset tersebut, Palm sebenarnya bisa bersaing dengan pemain besar. Sayangnya, mereka tidak belajar dari pengalaman perusaahaan teknologi tinggi yang gagal selama ini. Teknologi tercanggih sekalipun tidak akan sanggup mengalahkan ilmu marketing yang baik.
Untuk tahun fiskal yang berakhir Mei 2009, Palm alami kerugian operasional sebsar 265 juta dolar AS. Sampai Maret 2010, Palm sudah mengalami kerugian sebesar 22 juta dolar.
Sayangnya, analis memperkirakan bahwa peningkatan saham Palm tidak akan berlangsung lama karena Palm belum dapat menemukan pembeli. Meski Palm telah menunjuk Goldman Sachs Group dan Frank Quattrone untuk mencarikan pembeli yang mau membayar 1,1 miliar dolar AS pada Palm, tampaknya tidak banyak konsumen yang ingin membeli perusahaan pembuat handset yang masa depannya tidak pasti.
Seperti VIVAnews kutip dari Brightsideofnews, 15 April 2010, Rubinstein menyebutkan bahwa kalau kerjasama mereka dengan Verizon dalam menghadirkan Pre Plus dan Pixi plus dilakukan lebih cepat, mereka memiliki peluang yang lebih baik untuk dapat bersaing dengan Droid.
Charlie Wolf, analis dari Needham & Co menyebutkan bahwa ia pesimis akan ada perusahaan yang membeli Palm dalam waktu dekat. Wolf bahkan menyebutkan bahwa Palm mungkin akan mengajukan bangkrut.
Analis lain memperkirakan bahwa HTC memang mungkin akan membeli Palm. Akan tetapi, tampaknya mereka akan menunggu sampai nilai sahamnya kembali turun sampai ke titik terrendah. Setelah itu baru mereka melakukan pembelian.
Apapun yang terjadi, sangat disayangkan bahwa sebuah perusahaan yang ikut mempelopori teknologi smartphone kini terkatung-katung dan dianggap tidak layak untuk diselamatkan.
Bahkan pemegang utama saham Palm, Elevation Partners, yang didukung oleh investor dari kalangan terkemuka yakni Bono, vokalis group musik U2 dianugerahkan gelar sebagai investor terburuk di Amerika.
Muhammad Firman
• VIVAnews