Desember 17, 2008

Kisah Natal 9

Di malam natal, orang-orang berjalan dengan wajah yang gembira memenuhi jalan di kota. Di jalan itu ada seorang gadis kecil mengenakan pakaian compang-camping sedang menjual korek api.
"Mau beli korek api?"
"Ibu, belilah korek api ini."
"Aku tidak butuh korek api, sebab di rumah ada banyak." Tidak ada seorang pun yang membeli korek api dari gadis itu. Tetapi, kalau ia pulang tanpa membawa uang hasil penjualan korek api, akan dipukuli oleh ayahnya. Ketika akan menyeberangi jalan. Grek! Grek! Tiba-tiba sebuah kereta kuda berlari dengan kencangnya. "Hyaaa! Awaaaaas!" Gadis itu melompat karena terkejut. Pada saat itu sepatu yang dipakainya terlepas dan terlempar entah ke mana. Sedangkan sepatu sebelahnya jatuh di seberang jalan. Ketika gadis itu bermaksud pergi untuk memungutnya, seorang anak lakilaki memungut sepatu itu lalu melarikan diri. "Wah, aku menemukan barang yang bagus." Akhirnya gadis itu bertelanjang kaki.
Di sekitarnya, korek api jatuh berserakan. Sudah tidak bisa dijual lagi. Kalau pulang ke rumah begini saja, ia tidak dapat membayangkan bagaimana hukuman yang akan diterima dari ayahnya. Apa boleh buat, gadis itu membawa korek api yang tersisa, lalu berjalan dengan sangat lelahnya. Terlihatlah sinar yang terang dari jendela sebuah rumah. Ketika gadis itu pergi mendekatinya, terdengar suara tawa gembira dari dalam rumah. Di rumah, yang dihangatkan oleh api perapian, dan penghuninya terlihat sedang menikmati hidangan natal yang lezat. Gadis itu meneteskan air mata. "Ketika ibu masih hidup, di rumahku juga merayakan natal seperti ini." Dari jendela terlihat pohon natal berkelipkelip dan anak-anak yang gembira menerima banyak hadiah. Akhirnya cahaya di sekitar jendela hilang, dan di sekelilingnya menjadi sunyi. Salju yang dingin terus turun. Sambil menggigil kedinginan, gadis itu duduk tertimpa curahan salju. Perut terasa lapar dan sudah tidak bisa bergerak. Gadis yang kedinginan itu, menghembus-hembuskan nafasnya ke tangan. Tetapi, sedikit pun tak menghangatkannya. "Kalau aku menyalakan korek api ini, mungkin akan sedikit terasa hangat." Kemudian gadis itu menyalakan sebatang korek api dengan menggoreskannya di dinding.
Crrrs… Lalu dari dalam nyala api muncul sebuah penghangat. "Oh, hangatnya." Gadis itu mengangkat tangannya ke arah tungku pemanas.
Pada saat api itu padaam tungku pemanaspun menghilang. Gadis itu menyalakan batang korek api yang kedua. Kali ini dari dalam nyala api muncul aneka macam hidangan. Di depan matanya, berdiri sebuah meja yang penuh dengan makanan hangat. "Wow! Kelihatannya enak." Kemudian seekor angsa panggang melayang menghampirinya. Tetapi, ketika ia berusaha menjangkau, apinya padam dan hidangan itu menghilang. Gadis itu segera mengambil korek apinya, lalu menyalakannya lagi. Crrrs! Tiba-tiba gadis itu sudah berada di bawah sebuah pohon natal yang besar. "Wow! Lebih indah daripada pohon natal yang terlihat dari jendela tadi." Pada pohon natal itu terdapat banyak lilin yang bersinar. "Wah! Indah sekali!" Gadis itu tanpa sadar menjulurkan tangannya lalu korek api bergoyang tertiup angin. Tetapi, cahaya lilin itu naik ke langit dan semakin redup. Lalu berubah menjadi bintang yang sangat banyak. Salah satu bintang itu dengan cepat menjadi bintang beralih. "Wah, malam ini ada seseorang yang mati dan pergi ke tempat Tuhan, ya...
Waktu Nenek masih hidup, aku diberitahu olehnya." Sambil menatap ke arah langit, gadis itu teringat kepada Neneknya yang baik hati. Kemudian gadis itu menyalakan sebatang lilin lagi. Lalu di dalam cahaya api muncul wujud Nenek yang dirindukannya. Sambil tersenyum, Nenek menjulurkan tangannya ke arah gadis itu. "Nenek!" Serasa mimpi gadis itu melompat ke dalam pelukan Nenek. "Oh, Nenek, sudah lama aku ingin bertemu." Gadis itu menceritakan peristiwa yang dialaminya, di dalam pelukan Nenek yang disayanginya. "Kenapa Nenek pergi meninggalkanku seorang diri? Jangan pergi lagi. Bawalah aku pergi ke tempat Nenek." Pada saat itu korek api yang dibakar anak itu padam. "Ah, kalau apinya mati, Nenek pun akan pergi juga. Seperti tungku pemanas dan makanan tadi..." Gadis itu segera mengumpulkan korek api yang tersisa, lalu menggosokkan semuanya. Gulungan korek api itu terbakar, dan menyinari sekitarnya seperti siang harl. Nenek memeluk gadis itu dengan erat. Dengan diselimuti cahaya, nenek dan gadis itu pergi naik ke langit dengan perlahanlahan.
"Nenek, kita mau pergi ke mana?" "Ke tempat Tuhan berada." Keduanya semakin lama semakin tinggi ke arah langit. Nenek berkata dengan lembut kepada gadis itu, "Kalau sampai di surga, Ibumu yang menunggu dan menyiapkan makanan yang enak untuk kita." Gadis itu tertawa senang. Pagi harinya. Orang-orang yang lewat di jalan menemukan gadis penjual korek api tertelungkup di dalam salju. "Gawat! Gadis kecil ini jatuh pingsan di tempat seperti ini." "Cepat panggil dokter!" Orang-orang yang berkumpul di sekitarnya semuanya menyesalkan kematian gadis itu. Ibu yang menolak membeli korek api pada malam kemarin menangis dengan keras dan berkata, "Kasihan kamu, Nak. Kalau tidak ada tempat untuk pulang, sebaiknya kumasukkan ke dalam rumah." Orang-orang kota mengadakan upacara pemakaman gadis itu di gereja, dan berdoa kepada Tuhan agar mereka berbuat ramah meskipun pada orang miskin. ***

HC Andersen
Selengkapnya

Kisah Natal 8

Suara radio menyemangati parto beraktifitas di warung bahagia,masih terlalu pagi bagi para pengunjung untuk makan siang.pesan dari kotak elektronik mengabarkan peyambutan natal dan tahun baru.dengan backsoud Joy to the wold alunan sexophone Kenny G sang penyiar melontarkan pertannyawhat do U wish this christmas?mendengar hal itu parto teringat bukuelingtentang permintaan gadis kecil menjelang natal.

Di station radio WJLT di Fort Wayne,Indiana,surat-surat yang datang untuk mengikuti lomba permohonan natal tumpah ruah seperti air bah.Ketika surat Amy tiba distation radio itu ,manajer Lee Tobin membacanya dengan cermat.

Santa Klaus yang baik,


Nama saya Amy.Saya berusia sembilan tahun.Saya mempunyai masalah di sekolah.Dapatkah Anda menolong saya,Santa?anak-anak menertawakan saya karena cara berjalan saya,cara berlari saya dan cara berbicara saya,Saya menderita celebral palsy.Saya hanya meminta satu hari saja yang dapat saya lewati tanpa ada orang menertawai atau mengejek saya.


Sayang selalu
Amy

Hati Lee terasa nyeri ketika membaca surat itu:Ia tahu celebral palsy adalah kelainan otot yang tampak aneh bagi teman-teman sekolah Amy.Menurutnya ada baiknya bila semua orang di Fort Wayne mendengar tentang gadis cilik dengan permohonan natal yang tidak lazim. Pak Tobin menelpon sebuah koran setempat.
kesesokan harinya,foto Amy dan suratnya kepada Santa mengisi halaman depan The News Sentinel.Kisah itu menyebar dengan cepat.Surat kabar ,stasiun radio dan TV diseluruh negeri memberitakan kisah gadis cilik di Fort Wayne,Indiana,yang haya mengajukan permohonan sederhana namun baginya merupakan hadiah natal paling istimewasatu hari tanpa ejekan.

Banyak orang berterimakasih kepada Amy atas keberaniannya mengungkapkan isi hatinya.berbagai dukungan dan suport berdatangan dalam bentuk surat dari berbagai negeri baik dari orang dewasa dan anak-anak.

Permohonan Amy untuk menikmati satu hari khusus tanpa ada yang mengganggu terpenuhi disekolahnya,South Wayne Elementary School.Guru dan murid berdiskusi tentang bagaimana persaan orang yang diejek.Tahun itu wali kota Fort Wayne secara resmi menyatakan tgl 21 Desember sebagai hari Amy Jo Hagadorn untuk seluruh kota.Wali kota menerangkan bahwa dengan keberanian mengajukan permohonan seperti itu ,Amy mengajarkan sebauh pelajaran universal siapapun ingin dan berhak diperlaukan dengan hormat,bermartabat dan hangat.

Alan D.Shultz

http://baliazura.wordpress.com/2007/12/22/kisah-natalkeberanian-memohon
Selengkapnya

Desember 10, 2008

Kisah Natal 7

Beberapa hari sebelum natal, aku berjalan-jalan ke sebuah supermarket, bermaksud hanya membeli barang keperluanku hari ini, dan melihat orang-orang yang sibuk membeli hadiah natal. Aku tidak merayakan natal, tapi aku suka melihat-lihat banyaknya orang berbelanja.
Ketika secara iseng aku masuk di seksi mainan anak-anak, aku memperhatikan seorang anak laki-laki kecil, sekitar lima tahun, memeluk erat sebuah boneka didadanya. Dia membelai rambut boneka itu, dan terlihat begitu sedih. Kemudian bocah kecil itu menoleh ke nenek yang ada disampingnya Nek?apakah nenek yakin saya tidak punya cukup uang untuk membeli boneka ini ?
Wanita tua itu Menjawab Kamu tahu bahwa kamu tidak punya cukup uang untuk membeli boneka itu, nak .
Lalu sang nenek memintanya untuk duduk disana beberapa menit, dan iapun pergi melihat-lihat barang disekitarnya. Bocah kecil itu masih duduk disana, sendiri, sambil masih memegang erat boneka itu didadanya.
Lalu aku berjalan mendekatinya, dan bertanya untuk siapa boneka itu ?
Ini adalah boneka yang sangat disukai kakak perempuan saya, dan yang dia inginkan dihari natal ini. Dia yakin santa claus akan memberikan kepadanya jawabnya.
Lalu aku bilang, dan berusaha meyakinkan bocah itu, bahwa santa claus pasti akan memberikan boneka itu kepadanya, dan jangan khawatir.
Tapi dia berkata dengan begitu sedih Tidak, santa claus tidak bisa memberikannya ditempat kakak saya sekarang . Matanya begitu sayup saat mengatakan hal ini.
Kakak saya telah pergi ke tempat Tuhan. Ayah bilang bahwa ibu juga akan segera pergi melihat Tuhan. Lalu saya pikir ibu bisa membawa boneka ini untuk diberikan kepada kakak saya
Hatiku sangat tersentuh. Bocah itu memandangku, lalu berkata Saya sudah bilang ke ayah saya untuk mengatakan kepada ibu agar jangan segera pergi. Saya ingin ibu menunggu sampai saya kembali dari supermarket . Lalu dia menunjukkan sebuah photo yang sangat bagus saat dia tersenyum. Dia bilang Saya juga ingin ibu membawa photo ini, agar dia tidak melupakan saya .
Saya sangat mencintai ibu saya, dan berharap dia tidak meninggalkan saya. Tapi ayah bilang bahwa ibu harus pergi untuk menemani kakak saya kata bocah itu.
Lalu dia menoleh lagi ke boneka itu dengan mata sedihnya. Dengan cepat aku megambil dompet, dan menaruh beberapa lembar uang disamping anak itu, tanpa sepengetahuannya.
Bagaimana kalau kita periksa lagi, barangkali kamu telah mempunyai cukup uang untuk membeli boneka itu kataku.
Okey jawabnya saya harap saya mempunyai cukup uang .
Aku menambahkan beberapa lembar uang itu tanpa dia ketahui, dan kami mulai menghitungnya. Uang itu cukup untuk membeli boneka, bahkan lebih.
Anak kecil itu bilang Terima kasih Tuhan, Kau telah memberiku cukup uang .
Kemudian dia memandangku, dan berkata lagi Kemarin saya berdo?a kepada Tuhan sebelum tidur, agar saya diberi cukup uang untuk membeli boneka. Dengan begitu ibu bisa memberikannya kepada kakak saya. Tuhan telah mendengarkan saya
Saya juga ingin cukup uang untuk membeli mawar putih buat ibu saya, tapi saya takut meminta terlalu banyak. Tapi sekarang Tuhan memberi saya cukup uang untuk membeli boneka dan mawar putih. Terima kasih, Tuhan .
Kamu tahu, ibu saya sangat menyukai bunga mawar putih lanjutnya.
Beberapa menit kemudian, sang nenek kembali dengan belanjaannya. Akupun segera pamit untuk melanjutkan urusanku.
Saat aku pulang, aku masih tidak bisa melupakan anak laki-laki kecil itu.
Kemudian aku teringat satu artikel di sebuah koran lokal dua hari yang lalu, yang menuliskan seorang lelaki pemabuk mengendarai mobil bersama istri dan seorang anak perempuannya. Mereka mengalami kecelakan karena menabrak mobil, dan mobil mereka sendiri terguling menabrak bangunan beton di sisi jalan. Lelaki itu selamat dengan hanya luka ringan di kaki dan tangannya. Sang istri dalam kondisi sangat kritis. Sedangkan anak perempuan mereka meninggal seketika.
Keluarga itu memutuskan untuk mengambil wanita itu pulang, karena wanita itu sudah tidak ada harapan sadar kembali dari koma.
Beberapa hari setelah pertemuanku dengan anak itu, aku mengikuti berita dari koran lokal itu lagi. Aku membaca bahwa wanita itu telah meninggal. Aku tak bisa menahan diri dan pergi membeli beberapa bunga mawar putih, lalu bergegas ke rumah pemakaman dimana jenazah wanita itu masih ditidurkan untuk orang-orang yang ingin melihat dan memberi do?a terakhir sebelum dimakamkan.
Wanita itu terbujur disana, disebuah peti mati, memegang seuntai mawar putih dan photo anak lelaki kecil itu, dengan sebuah boneka didadanya.
Aku melihat anak itu berdiri disamping jenazah ibunya. Dengan wajah sedih dia berkata lirih
Ibu,..selamat jalan. Sampaikan salam saya kepada kakak. Katakan bahwa saya menyayanginya .
Aku tinggalkan tempat itu dengan hati menangis. Cinta yang dimiliki anak kecil itu kepada ibu dan kakaknya sungguh susah dibayangkan.
Dan sebaliknya, seorang lelaki pemabuk telah mengambil semuanya ini darinya.

http://www.fupei.com/IDForum-viewthread-tid-7928.htm
Selengkapnya

Kisah Natal 6

Ada seorang bocah kelas 4 SD di suatu daerah di Milaor Camarine Sur
(Filipina) yang setiap hari mengambil rute melintasi daerah tanah
berbatuan dan menyeberangi jalan raya yang berbahaya dimana banyak
kendaraan yang melaju kencang dan tidak beraturan.

Setiap kali berhasil menyeberangi jalan raya tersebut, bocah ini
mampir sebentar ke Gereja setiap pagi hanya untuk menyapa Tuhan.
Tindakannya selama ini diamati oleh seorang Pendeta yang merasa
terharu menjumpai sikap bocah yang lugu dan beriman
tersebut. "Bagaimana kabarmu Andy? Apakah kamu akan ke sekolah?"

"Ya, Bapa Pendeta!" balas Andy dengan senyumnya yang menyentuh hati
Pendeta

tersebut. Dia begitu memperhatikan keselamatan Andy sehingga suatu
hari dia berkata kepada bocah tersebut,"Jangan menyeberang jalan raya
sendirian, setiap kali pulang sekolah kamu boleh mampir ke Gereja dan
saya akan menemani kamu ke seberang jalan . jadi dengan cara tersebut
saya bisa memastikan kamu pulang ke rumah dengan selamat."

"Terima kasih, Bapa Pendeta."

"Kenapa kamu tidak pulang sekarang ?? Apakah kamu tinggal di Gereja
setelah pulang sekolah?"

"Aku hanya ingin menyapa kepada Tuhan ......sahabatku. "

Dan Pendeta itu segera meninggalkan Andy untuk melewatkan waktunya
didepan altar berbicara sendiri, tapi kemudian Pendeta tersebut
bersembunyi dibalik altar untuk mendengarkan apa yang dibicarakan
Andykepada Bapa di Surga.

"Engkau tahu Tuhan, ujian matematikaku hari ini sangat buruk, tetapi
aku tidak mencontek walaupun temanku melakukannya . aku makan satu
kue dan minum airku."

"Ayahku mengalami musim paceklik dan yang bisa kumakan hanyalah kue
ini. Terima kasih buat kue ini Tuhan!"

"aku tadi melihat anak kucing malang yang kelaparan dan aku
memberikan kueku yang terakhir buatnya . lucunya, aku nggak begitu
lapar."

"Lihat, ini selopku yang terakhir. Aku mungkin harus berjalan tanpa
sepatu minggu depan. Engkau tahu ini sepatu ini akan rusak, tapi
tidak apa-apa ... paling tidak aku tetap dapat pergi ke sekolah."

"Orang-orang berbicara bahwa kami akan mengalami musim panen yang
susah bulan ini, bahkan beberapa temanku sudah berhenti
sekolah ..Tolong Bantu mereka supaya bisa sekolah lagi . tolong
Tuhan ??"

"Oh ya, Engkau tahu Ibu memukulku lagi. Ini memang menyakitkan, tapi
aku tahu sakit ini akan hilang, paling tidak aku masih punya seorang
Ibu.Tuhan . Engkau mau lihat lukaku ??? Aku tahu Engkau mampu
menyembuhkannya, disini .. disini .. aku rasa Engkau tahu yang ini
khan.....?? Tolong jangan marahi Ibuku ya ..??? dia hanya sedang
lelah dan kuatir akan kebutuhan makanan dan biaya sekolahku .. Itulah
mengapa dia memukul kami."

"Oh Tuhan. aku rasa aku sedang jatuh cinta saat ini. Ada seorang
gadis yang cantik dikelasku, namanya Anita .... menurut Engkau apakah
dia akan menyukaiku ???"

"Bagaimanapun juga paling tidak aku tahu Engkau tetap menyukaiku
karena aku tidak usah menjadi siapapun hanya untuk menyenangkanMu.
Engkau adalah sahabatku."

"Hei ...... ulang tahunMu tinggal dua hari lagi, apakah Engkau
gembira?? Tunggu saja sampai Engkau lihat, aku punya hadiah
untukMu .tapi ini kejutan bagiMu. Aku berharap Engkau akan
menyukainya."

"Ooops aku harus pergi sekarang." Kemudian Andy segera berdiri dan
memanggil Pendeta itu, "Bapa Pendeta ....Bapa Pendeta..aku sudah
selesai bicara dengan sahabatku, anda bisa menemaniku menyeberang
jalan sekarang!"

Kegiatan tersebut berlangsung setiap hari, Andy tidak pernah absen
sekalipun.

Pendeta Agaton berbagi cerita ini kepada jemaat di Gerejanya setiap
hari Minggu karena dia belum pernah melihat suatu iman dan
kepercayaan yang murni kepada Allah .. suatu pandangan positif dalam
situasi yang negatif.

Pada hari Natal, Pendeta Agaton jatuh sakit sehingga dia tidak bisa
memimpin gereja dan dirawat di rumah sakit. Gereja diserahkan
pengelolaannya kepada 4 wanita tua yang tidak pernah tersenyum dan
selalu menyalahkan segala sesuatu yang orang lain perbuat. Mereka
juga sering mengutuki orang yang menyinggung mereka.

Mereka sedang berlutut memegangi rosa rio mereka ketika Andy tiba
dari pesta natal di sekolahnya, dan menyapa "Halo Tuhan..Aku ...'

"Kurang ajar kamu bocah !!! tidakkah kamu lihat kami sedang
berdoa ??!!! Keluar.!!!"

Andy begitu terkejut, " Dimana Bapa Pendeta Agaton.??? Dia seharusnya
membantuku menyeberangi jalan raya . dia selalu menyuruhku mampir
lewat pintu belakang Gereja . tidak hanya itu, aku juga harus menyapa
Tuhan Yesus ini hari ulang tahunNya, aku punya hadiah untukNya.... "

Ketika Andy mau mengambil hadiah tersebut dari dalam bajunya, seorang
dari

keempat wanita itu menarik kerahnya dan mendorongnya keluar Gereja.
Sambil membuat tanda salib ia berkata "Keluarlah bocah..kamu akan
mendapatkannya !!!"

Oleh karena itu Andy tidak punya pilihan lain kecuali sendirian
menyeberangi jalan raya yang berbahaya tersebut didepan Gereja. Dia
mulai menyeberang. ketika tiba-tiba sebuah bus datang melaju dengan
kencang disitu ada tikungan yang tidak terlihat pandangan. Andy
melindungi hadiah tersebut didalam saku bajunya, sehingga dia tidak
melihat datangnya bus tersebut.

Waktunya hanya sedikit untuk menghindar .. dan Andy tewas seketika.
Orang-orang disekitarnya berlarian dan mengelilingi tubuh bocah
malang tersebut yang sudah tak bernyawa.

Tiba-tiba, entah muncul darimana ada seorang pria berjubah putih
dengan wajah yang halus dan lembut namun penuh dengan air mata datang
dan memeluk tubuh bocah malang tersebut. Dia menangis.Orang- orang
penasaran dengan dirinya dan bertanya,

"Maaf Tuan.apakah anda keluarga bocah malang ini ? Apakah anda
mengenalnya? "

Pria tersebut dengan hati yang berduka karena penderitaan yang begitu
dalamsegera berdiri dan berkata," Dia adalah sahabatku."

Hanya itulah yang dia katakan. Dia mengambil bungkusan hadiah dari
dalam baju bocah malang tersebut dan menaruhnya didadanya. Dia lalu
berdiri dan membawa pergi tubuh bocah malang tersebut dan keduanya
kemudian menghilang.

Kerumunan orang tersebut semakin penasaran...

Di malam Natal, Pendeta Agaton menerima berita yang sungguh
mengejutkan. Dia berkunjung ke rumah Andy untuk memastikan pria
misterius berjubah putih tersebut.

Pendeta itu bertemu dan bercakap-cakap dengan kedua orang tua Andy.

"Bagaimana anda mengetahui putera andameninggal ?"

"Seorang pria berjubah putih yang membawanya kemari." ucap ibu Andy
terisak.

"Apa katanya ?"

Ayah Andy berkata ,"Dia tidak mengucapkan sepatah katapun. Dia sangat
berduka. Kami tidak mengenalnya namun dia terlihat sangat kesepian
atas meninggalnya Andy sepertinya Dia begitu mengenal Andy dengan
baik. Tapi ada suatu kedamaian yang sulit untuk dijelaskan mengenai
Dirinya. Dia menyerahkan anak kami dan tersenyum lembut. Dia
menyibakkan rambut Andy dari wajahnya dan memberikan kecupan di
keningnya kemudian Dia membisikkan sesuatu ...

"Apa yang dia katakan?"

"Dia berkata kepada puteraku ..." Ujar sang Ayah "Terima kasih buat
kadonya .. Aku akan segera berjumpa denganmu. Engkau akan bersamaku."


Dan sang Ayah melanjutkan, "Anda tahu kemudian. semuanya itu terasa
begitu indah .. aku menangis tetapi tidak tahu mengapa bisa demikian.
Yang aku tahu aku menangis karena bahagia .. aku tidak dapat
menjelaskannya Bapa Pendeta, tetapi ketika Dia meninggalkan kami ada
suatu Kedamaian yang memenuhi hati kami, aku merasakan kasihnya yang
begitu dalam di hatiku.. Aku tidak dapat melukiskan sukacita didalam
hatiku.

Aku tahu puteraku sudah berada di Surga sekarang. Tapi tolong katakan
padaku, Bapa Pendeta..siapakah Pria ini yang selalu bicara dengan
puteraku setiap hari di gerejamu? anda seharusnya mengetahui karena
anda selalu berada disana setiap hari, kecuali pada waktu puteraku
meninggal ."

Pendeta Agaton tiba-tiba merasa air matanya menetes di pipinya,
dengan lutut gemetar dia berbisik," Dia tidak berbicara dengan siapa-
siapa. kecuali dengan Tuhan."


http://www.cerita-kristen.com/joomla/content/view/506/1
Selengkapnya